Teritori Ekstraksi
Kalimantan Barat, Indonesia
Mengapa teritori?
Dalam proyek EPICC, kami menggunakan konsep teritori untuk memahami dan mendiskusikan bagaimana rantai komoditas global beroperasi di tiga wilayah tropis yang memiliki keanekaragaman hayati dan sosial yang tinggi di belahan bumi selatan. Sebuah teritori bukan hanya sebuah wilayah yang secara resmi dibatasi oleh kuasa pemerintah sebagai ruang administratif yang terbatas, tetapi juga merupakan sumber hubungan ekologis yang terjadi di ruang yang kompleks dan politis di mana konflik, kekuasaan asimetris, berbagai tingkat pemerintahan dan tata kelola (termasuk swasta dan internasional) ikut bermain. Sebuah wilayah dipenuhi oleh hubungan sosial-lingkungan, konstruksi dan teka-teki sosio-legal, serta interkoneksi sosio-keanekaragaman hayati.
Kalimantan Barat
Kalimantan Barat adalah sebuah provinsi yang terletak di pulau Kalimantan, berbatasan dengan Sarawak, Malaysia. Provinsi ini secara resmi diakui sebagai provinsi terluas keempat di Indonesia, dengan luas wilayah 147.307 km2. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan dan menopang perekonomian di wilayah ini. Kalimantan Barat umumnya dikenal sebagai wilayah yang memiliki jaringan sungai yang luas. Keberadaan banyak sungai, baik besar maupun kecil, di wilayah geografis ini memungkinkan adanya navigasi kapal dengan berbagai kapasitas, mulai dari yang berukuran sedang hingga besar. Sungai Kapuas, yang terkenal sebagai simbol provinsi ini, memiliki keistimewaan sebagai sungai terpanjang di Indonesia, dengan panjang 1.143 km, bahkan melebihi luas Pulau Jawa. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk Kalimantan Barat diperkirakan mencapai 5,41 juta jiwa. Di antara keseluruhan populasi, mayoritas terdiri dari individu-individu dari etnis Dayak, berjumlah sekitar 1,53 juta jiwa, diikuti oleh kelompok etnis Melayu dengan jumlah sekitar 1,48 juta jiwa. Selain itu, terdapat sekitar 427.000 individu keturunan Jawa.
Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia.
Pulau Kalimantan, yang meliputi Kalimantan Barat, terkenal dengan ekosistem hutan Indonesia. Sejak awal tahun 1990-an, hutan di wilayah Kalimantan telah mengalami perubahan sebagai akibat dari transformasi fungsi hutan menjadi area pemukiman dan perkebunan. Perkebunan kelapa sawit secara luas diakui telah memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perubahan kawasan hutan dalam hal ini. Berdasarkan temuan laporan Global Forest Watch, terbukti bahwa wilayah Kalimantan Barat memiliki hamparan hutan yang luasnya mencapai 14,9 juta hektare. Dari wilayah yang luas ini, sekitar 6,88 juta hektare atau setara dengan 47% dari total luas wilayah, diklasifikasikan sebagai hutan primer. Selain itu, sebagaimana ditunjukkan oleh temuan analisis yang dilakukan oleh Global Forest Watch yang mencakup tahun 2002 hingga 2020, wilayah tersebut telah mengalami penurunan tutupan hutan primer yang signifikan, dengan kehilangan hampir 1,25 juta hektare. Pada tahun 2020, total 32.000 hektare hutan primer telah habis di provinsi tersebut, yang mengakibatkan pelepasan sekitar 23 juta metrik ton emisi karbon dioksida (CO2).
Selain itu, perlu dicatat bahwa Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki perkebunan kelapa sawit terluas ketiga di dunia, dengan total luas lahan mencapai 1,9 juta hektare. Dari keseluruhan luas lahan tersebut, 1,17 juta hektare dimiliki oleh swasta, 707.438 hektare dimiliki oleh petani perorangan, dan 30.061 hektare dimiliki oleh badan usaha milik negara. Menurut pengumuman resmi yang dibuat oleh Gubernur Sutarmidji dari Kalimantan Barat, produksi tahunan minyak sawit mentah di provinsi ini mencapai 4,02 juta ton. Kalimantan Barat juga muncul sebagai produsen minyak kelapa sawit bersertifikasi (Certified Palm Oil/CPO) terkemuka di Indonesia. Setiap tahunnya, perkebunan kelapa sawit di lokasi ini memiliki kapasitas produksi rata-rata 3 juta ton per hektare. Estimasi pendapatan dari pajak turunan produk kelapa sawit di Provinsi Kalimantan Barat mencapai sekitar Rp1,5 triliun dalam kurun waktu satu tahun.
Konsesi kelapa sawit di Kalimantan Barat pada tahun 2023, Indonesia.
Oleh karena itu, tidak mengherankan jika wilayah ini mengalami banyak konflik, yang meliputi perselisihan antara petani kelapa sawit independen dan perusahaan yang terlibat dalam pengaturan kerja sama yang tidak adil. Selain itu, terjadinya konflik lahan di wilayah ini merupakan masalah yang signifikan. Lebih dari itu, tidak jarang juga konflik muncul dalam konteks kerja sama plasma (skema antara petani kelapa sawit swadaya dan perusahaan komersial besar) yang melibatkan masyarakat adat. Kalimantan Barat merupakan provinsi yang memiliki masyarakat adat yang cukup banyak dan cakupan hutan adat yang cukup luas. Meskipun statusnya sebagai salah satu produsen minyak kelapa sawit mentah (CPO) terkemuka di Indonesia, dengan area perkebunan terbesar keempat, dampak industri ini terhadap kesejahteraan masyarakat lokal masih terbatas. Berdasarkan data yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik pada bulan Juli 2019, dapat diamati bahwa wilayah ini menunjukkan status sosial-ekonomi terendah di antara provinsi-provinsi di wilayah Kalimantan.